Vietnam

Kebiasaan Belajar yang Berisiko

Seorang mahasiswa laki-laki berusia 21 tahun di Hanoi, Vietnam, harus menjalani rawat inap darurat setelah terbiasa mengonsumsi minuman berenergi secara berlebihan. Kebiasaan ini ia lakukan untuk bertahan belajar hingga larut malam demi mengejar target akademik.

Tak hanya minuman berenergi, ia juga mengonsumsi obat pereda nyeri agar tetap terjaga saat sesi belajar semalaman. Meski tubuh mulai menunjukkan tanda-tanda seperti kelelahan dan jarang buang air kecil, ia menunda mencari pertolongan medis.


Gejala Semakin Memburuk

Kondisi mahasiswa ini memburuk ketika kakinya mulai bengkak, disertai muntah berulang dan rasa lelah yang ekstrem. Teman sekamarnya akhirnya membawanya ke Rumah Sakit Bach Mai untuk perawatan darurat.

Menurut Dr Duong Minh Tuan dari Departemen Endokrinologi dan Diabetes, fungsi ginjal pasien telah turun di bawah 20 persen akibat gaya hidup tidak sehat, khususnya penyalahgunaan minuman berenergi. Dokter memperkirakan pemulihan penuh hampir mustahil.


Bahaya Gagal Ginjal pada Usia Muda

Gagal ginjal sering tidak terdeteksi pada tahap awal karena minim gejala. Banyak penderita baru menyadarinya saat pemeriksaan rutin atau ketika tanda-tanda seperti pembengkakan, mual, dan penurunan frekuensi buang air kecil mulai muncul.

Pada tahap ini, pengobatan hanya bisa mempertahankan fungsi ginjal yang tersisa, bukan mengembalikan kondisinya seperti semula.


Faktor Risiko yang Sering Terabaikan

Selain penyakit ginjal dan infeksi, gaya hidup buruk menjadi penyumbang besar risiko gagal ginjal. Faktor tersebut meliputi:

  • Kurang olahraga dan tidur

  • Asupan air yang minim

  • Sering menahan buang air kecil

  • Konsumsi alkohol, rokok, garam, gula, gorengan, serta makanan olahan secara berlebihan

  • Penggunaan obat-obatan terlarang

Pasien dengan gagal ginjal kronis biasanya harus menjalani hemodialisis tiga kali seminggu, dengan durasi tiap sesi 4–5 jam, untuk bertahan hidup.

Baca Juga: Ricuh Demo di Pati, Polisi Tembakkan Gas Air Mata

By 4jwu1